"berjalan selangkah demi selangkah ke arah yang sama, lebih cepat sampai, daripada engkau berlari tapi selalu berubah arah setiap harinya tidak ke arah yang sama dan berubah-ubah..."
thomas alfa edison pun berhasil setelah lebih dr 1000 kali mencoba,... "kamu telah gagal membuat bohlam lampu, sudah 1000x kau mencoba,..."""oh tidak saya berhasil menemukan 1000 cara meledakkan bohlam hahaha.." kelakarnya,.. dan dia tetep terus ke titik mimpinya, dan berhasil :)....
saya juga belum tahu. saya ini berlari atau masih berjalan, tapi setidaknya, saya punya tujuan ke titik itu,... mari berjuang sob!
Sabtu, 04 Mei 2013
arsitektur pilih kasih
"ketika arsitektur kekinian mulai menganak emaskan indera penglihat jauh dari indera lainnya..."
kemajuan era teknologi yang serba cepat, dan terbuka seperti sekarang memang banyak menguntungkan bagi para arsitek, dan juga arsitektur itu sendiri,
tapi di sisi lain, "screen culture" kalau istilah my ex boss, telah menjebak kita,...
ya kita terjebak oleh keindahan visual,... arsitektur kita berlomba untuk menjadi "fotogenic" namun disisi lain dia tak lagi menjadi "mesin yang bekerja dengan baik",....
ketika Arsitektur yang baik, seharusnya mampu di apresiasi, oleh minimal 4 dari panca indera, kini mereka sibuk berakrobat geometrika untuk terlihat "fotogenic" sehingga mudah dipublikasikan(?) misalnya...
ya memang tak ada yang salah dengan itu, fotogenic itu penting, because everybody knows that " seeing is believing", .... tapi kita telah melemahkan tools/variabel lain, yang harusnya kita bisa mainkan,... ya tapi di jaman yang serba praktis ini, semua serba artificial,... banyak batu artificial, kayu artificial, ya smua memanjakan mata, tp melemahkan indera peraba, mereka tak lagi terasa kayu ketika diraba, beraroma kayu, yang sejatinya aroma dan tekstur punya peran mencipta ruang,.....
tapi apa daya, inilah era kekinian,... culture layering toh harus berjalan,...
ini bagian dari peran arsitektur sebagai artefak budaya,... dan penanda suatu zaman,...
ini bukan tentang benar salah,... tapi ini cuma opini saya pribadi,...
ketika arsitektur kita lebih memilih mata dibanding indera lainnya,...
tapi toh mereka tetap indah,.... dan arsitektur kekinian,... tetap berperan sebagai penanda jaman, dan masih banyak arsitek yang memperjuangkan ruang bukan sekedar foto tampang,....
rsmbn 2013 05 04
kemajuan era teknologi yang serba cepat, dan terbuka seperti sekarang memang banyak menguntungkan bagi para arsitek, dan juga arsitektur itu sendiri,
tapi di sisi lain, "screen culture" kalau istilah my ex boss, telah menjebak kita,...
ya kita terjebak oleh keindahan visual,... arsitektur kita berlomba untuk menjadi "fotogenic" namun disisi lain dia tak lagi menjadi "mesin yang bekerja dengan baik",....
ketika Arsitektur yang baik, seharusnya mampu di apresiasi, oleh minimal 4 dari panca indera, kini mereka sibuk berakrobat geometrika untuk terlihat "fotogenic" sehingga mudah dipublikasikan(?) misalnya...
ya memang tak ada yang salah dengan itu, fotogenic itu penting, because everybody knows that " seeing is believing", .... tapi kita telah melemahkan tools/variabel lain, yang harusnya kita bisa mainkan,... ya tapi di jaman yang serba praktis ini, semua serba artificial,... banyak batu artificial, kayu artificial, ya smua memanjakan mata, tp melemahkan indera peraba, mereka tak lagi terasa kayu ketika diraba, beraroma kayu, yang sejatinya aroma dan tekstur punya peran mencipta ruang,.....
tapi apa daya, inilah era kekinian,... culture layering toh harus berjalan,...
ini bagian dari peran arsitektur sebagai artefak budaya,... dan penanda suatu zaman,...
ini bukan tentang benar salah,... tapi ini cuma opini saya pribadi,...
ketika arsitektur kita lebih memilih mata dibanding indera lainnya,...
tapi toh mereka tetap indah,.... dan arsitektur kekinian,... tetap berperan sebagai penanda jaman, dan masih banyak arsitek yang memperjuangkan ruang bukan sekedar foto tampang,....
rsmbn 2013 05 04
Langganan:
Komentar (Atom)



